Biaya Pendidikan

Ada yang baru hari ini, tentu saja kabar dari sekolahan. Pada saat rapat yang sama sebagaimana rapat-rapat tahun sebelumnya, sejumlah besaran biaya untuk sekolah bagi putra-putrinya. Biaya yang harus ditanggung oleh, maaf lagi-lagi oleh orang tua siswa. Padahal sudah jamak diketahui umum, bahwa sekolah yang baik itu adalah sekolah yang memenuhi 8 standar secara nasional, tak terkecuali masalah standar pembiayaan. Pembiayaan pendidikan meski mahal, tapi jangan sampai dibebankan kepada orang tua. Terutama untuk sekolah-sekolah negeri. Kalau sekolah-sekolah berbasis swasta tentu saja tidak ada yang membatasi. Justru dibebaskan berkreasi dengan tinggi asalkan mutunya tetap bisa dibeli masyarakat; siap bersaing dengan sekolah-sekolah negeri.Adapun yang ditekankan di sini adalah sejatinya biaya pendidikan itu dibebankan kepada negara. Negara yang nantinya bertanggung jawab terhadap kualitas pendidikan. Negara yang akan memberikan fasilitas sehandal-handalnya kepada sekolahan. Bukan seperti sekarang ini, justru sekolahan yang harus meminta biaya kepada orang tua wali. Anehnya lagi ke depan setiap sekolahan harus bisa menjadi sekolah mandiri. Masalah pembiayaan nantinya, negara tidak akan mengurusinya. Sehingga tak ada bedanya dengan yang namanya pasar bebas. Berlakulah apa yang dinamakan dengan siapa yang berani bayar, mereka itulah yang bisa mengecam pendidikan yang relatif baik. Bagi yang kurang mampu, sulit untuk mendapatkan tempat. Karena itu, sedari awal perlu settingan yang lebih syar’i. Untuk menjawab persoalan itu, maka tujulah pada hadits riwayat Ibnu Majjah. Yang terjemahan bebasnya kurang lebih “Kaum muslimin itu berserikat 3 hal : air, padang rumput/padang gembalaan dan api”. Maksud dari hadits ini adalah bahwa barang-barang yang menguasai hajat hidup orang banyak seperti air, padang rumput dan api, merupakan milik umum dan diperuntukkan untuk kesejahteraan masyarakat. Yang mengelola ketiga hal itu adalah negara. Sehinga negara memilki SDA yang cukup untuk mengelola ide besar itu.