MEMPERSIAPKAN KEMATIAN
Oleh : Subanindro, S.Pd.*
Pada saat kerabat kita dijemput nyawanya oleh Allah SWT, secara sontak saja dalam hati kita terasa ada efek psikologis tertentu. Rasa psikologis inilah yang dinamakan dengan keimanan. Rasa iman yang begitu saja muncul. Muncul dalam dada kita. Dada kita terisi rasa iman. Bahwa adanya kematian. Bahwa adanya alam kubur. Bahwa adanya kelapangan. Bahwa adanya kegelapan. Bahwa adanya Sang Khaliq yang mematikan manusia.Bahwa adanya surga. Bahwa adanya neraka. Bahwa antri kematian itu nyata. Ternyata dunia ini tidak main-main saudaraku. Apa yang kita lakukan selama didunia ini adalah bekal terbaik menghadapi negeri akhirat. Apa yang saya tulis ini juga dalam rangka mempersiapkan kematian juga. Mudahan, tulisan-tulisan saya ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Saudaraku, secara cerdas, manusia secara fitrah selalu diperlihatkan bahwa ada sebab pasti ada akibat. Langkah-langkah yang baik akan mengalahkan langkah-langkah yang kurang baik. Persiapan yang kurang matang berbeda dengan persiapan yang matang. Idealnya mempersiapkan kematian harus dilakukan sematang mungkin. Para ulama senantiasa mengisi hidupnya dengan bekal menulis untuk persiapan kematiannya. Ilmu yang didapatkan semasa didunia terbukukan dengan rapi. Kelak ilmunya itu sungguh bermanfaat bagi manusia lainnya. Apa yang harus kita lakukan untuk mempersiapkan kematian? Jawabannya sederhana bahwa kita juga harus seperti para ulama tersebut. Selalu menulis dan menulis untuk perbaikan manusia. Orang yang menulis efek psikologisnya berbeda dari yang tidak menulis. Perasaan dan pikiran menulis menjasad dalam tubuhnya. Tidak tanggung-tanggung apa yang ditulisnya tersebut adalah jejak-jejak kehidupannya. Bahwa ulama tersebut pernah berpikiran dan berperasaan seperti itu, subahanallah. Para ulama tersebut bukan sombong. Melainkan mematangkan dirinya sebagai bekal terbaik mempersiapkan kematiannya. Luar biasa, bukan. Kita harus meniru seperti ulama. Setiap ulama memiliki kekhasan dan keunggulan masing-masing. Kita bisa melihat jejak-jejak para ulama juga dari tulisan, bukan. Ringkasnya tulisan sebenarnya adalah inspirasi tingkat tinggi bagi manusia. Al Qur’an juga tertulis. Bayangkan seandainya Al Qur’an tidak tertulis maka banyak manusia yang terlambat memahami Islam yang agung ini. Anak-anak kita harus kita ajari dengan menulis. Tulisan kita itu juga sebagai bekal kehidupan anak-anak kita. Maka menulislah apa yang bisa Anda tulis. Semuanya itu diawali dari pikiran kita. Coba camkan masak-masak self motivation personal berikut. Kami diciptakan untuk sukses. Kami bisa selama kami berpikir bisa. Kami orang-orang yang cerdas. Kata favorit kami adalah bisa. Yes! Pasti Anda bisa menulis. Lalu apa hubungannya dengan mempersiapkan kematian. Pertama, tulislah apa saja yang ingin dipersiapkan sebelum kematian tiba. Kedua, amalkan seluruh tulisan yang pernah kita tulis dengan penuh ghirah atau semangat. Ketiga, sosialisasikanlah melalui media apa saja sehingga tulisan kita dibaca oleh manusia sejagat ini. Keempat, berdo’alah kepada Allah bahwa Ya Allah telah kami sampaikan maka saksikanlah. Kelima, menginpirasi manusia dengan tulisan-tulisan kreatif.Oleh : Subanindro, S.Pd.*
Kreatif lain
Saudaraku, awalnya bahasa itu macam-macam. Ada bahasa simbol untuk mempersingkat tulisan kita. Ada bahasa bukan simbol melainkan macam-macam bahasa yang memang termasuk tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Tapi yang jelas kalau kita sejak kecil menggunakan bahasa daerah, maka pertajamlah tulisan Anda dengan bahasa daerah masing-masing. Saat ini dalam kenyataan dilapangan banyak orang Indonesia yang sudah paham dengan bahasa Indonesia. Maka, gunakanlah dengan bahasa Indonesia dalam segenap tulisan itu. Jika saat ini yang mendunia adalah bahasa Inggris maka itu juga dipelajari. Lebih-lebih bahasa Arab. Karena bahasa Arab adalah bahasa dunia dan akhirat. Dijamin orang-orang yang masuk surga menggunakan bahasa Arab, subhanallah. Maka, wajib bagi kita untuk belajar bahasa Arab. Rasulullah SAW bersabda : Inna ahlal jannati yatakallamuuna fiiha bilughatim muhammadin shalallahu ’alaihi wasallam. (Sesungguhnya penghuni surga itu menggunakan bahasa Muhammad SAW) HR. Al Hakim dalam kitab sahihnya. Kita juga diperbolehkan untuk mengkreasi ide sehingga dengan bahasa yang setepat-tepatnya. Boleh kita menggunakan bahasa remaja untuk pasar remaja. Boleh kita menggunakan bahasa dewasa untuk kalangan tua. Boleh kita menggunakan bahasa seni untuk kalangan tertentu. Yang jelas semuanya itu adalah bentuk kreatif lain. Itu semata-mata juga bermuara demi mempersiapkan kematian kita. Tida salah kita membukukan kreasi kita dengan media seperti ini. Memanfaatkan media dengan luas agar perkara da’wah ini tersebar di pojok-pojok sudut dunia ini.
Dalil jitu mempersiapkan kematian
Al kayyisu mandaana nafsahu wa’amila lima ba’dal maut(Orang-orang yang cerdas adalah orang-orang yang meninggalkan hawa nafsu dan beramal untuk persiapan setelah matinya) HR Tirmidzi. Cara meninggalkan hawa nafsu (bukan akal sehat dan bukan wahyu) adalah mempersibuk diri dengan menulis. Persibuklah dengan kegiatan menulis sehingga Anda lupa terhadap hawa nafsu. Cara mempersiapkan kematian adalah beramal untuk persiapan setelah matinya. Beramal disini adalah amal yang terbaik. Ahsanu amala. Cara untuk mendapatkan predikat ahsanu amala adalah benar berdasarkan hukum syara’ dan ikhlas melakukannya. Menulis adalah perkara yang diperbolehkan dalam hukum syara. Dengan menulis orang yang tidak tahu tentang hukum menjadi paham hukum. Jadilah menulis adalah pekerjaan yang mulia. Pada awalnya ikhlas adalah kondisi yang dibiasakan. Artinya harus diperjuangkan, bahkan untuk mengkondisikan keadaan ikhlas harus ada pemaksaan pada awalnya. Seperti menulis harus dipaksakan untuk menulis. Dari sini tidak perlu mendatangkan mood dulu. Tapi langsung saja menulis. Menulis lewat media apa saja. Masalahnya sekarang adalah optimasi tulisan.
Optimasi tulisan
Tulisan akan semakin baik manakala kita sering menulis dan mengisi pikiran kita dengan membaca. Membaca apa saja. Apa yang kita lihat adalah bahan dasar menulis. Seperti buku-buku berserakan. Memang kenyataan banyak manusia sering memperlakukan buku dengan tidak rapi. Tulis saja sebagai bahan untuk menulis dan judul baru. Lalu, informasi-informasi yang ada pada otak kita sebenarnya secara otomatis akan merangkai dengan sendirinya. Apalagi kalau keadaan sudah connect semua. Menulis adalah sangat mudah sekali. Perbanyaklah dengan membaca, pasti otak anda akan encer. Seperti orang yang minum banyak, pasti kencingnya juga banyak, bukan. Seandainya tidak sempat membaca tapi juga banyak mendengarkan sebenarnya juga tak masalah. Itu juga sarana membaca yang kebetulan telinga kita yang membaca sesungguhnya.Keadaan pribadi juga bisa sebagai wahana membaca. Secara otomatis nanti akan muncul kata-kata dengan sendirinya. Atau juga yang tidak kalah pentingnya adalah catatan harian kita. Catatan harian kita dalam setiap harinya bisa kita gunakan untuk membuat judul-judul baru. Memang tulisan yang baik itu adalah tulisan yang up to date. Misalnya memberi solusi terhadap masalah-masalah kekinian. Kemudian memberi ide baru. Penulis hebat akan senantiasa memberi ide-ide baru. Bahkan akan mempengaruhi situasi politik yang ada. Hanya selembar tulisan, tapi tulisan itu dibaca oleh penguasa. Maka tulisan itu akan bernilai dan efeknya luar biasa. Karena sudah terkait dengan otak penguasa. Penguasa selalu memiliki baqa’ (ego atau harga diri paling besar) sehingga tulisan kita itu juga bisa pedas sepedas memakan otak penguasa. Padahal hanya rangkaian-rangkaian kata saja. Bahkan ujungnya para ulama ingin shortcut untuk mempersiapkan kematiannya.
Cara shortcut menghadapi kematian
Para ulama terdahulu dan sekarang selalu merindukan mati syahid. Mati yang dijamin masuk surga. Mudahan kita juga termasuk didalamnya. Amien. Mengapa? Karena contoh kita telah menjelaskan misalnya sahabat Hamzah bin Abdul Munthalib ra. termasuk orang yang berani menyampaikan nasehat tulisan dalam bentuk fisik yakni perang jihad melawan penguasa quraisy, kemudian mati syahid. Kemudian baginda Rasulullah SAW menyebut sahabatnya tersebut dengan sayyidus syuhada’ hamzah dan orang-orang yang berdiri dihadapan penguasa lalu menasehati penguasa kemudian mati karenanya. Subhanallah. Nah, inilah yang mestinya dimiliki oleh kita semua sebuah pilihan yang dijadikan motto. ”Hidup Mulia atau Mati Sayhid”. Takbir! Jangan lupa setelah membaca tulisan ini Anda juga harus menulis. Silakan mendownloud seluruh tulisan saya, atau melink, mudahan bermanfaat. Amien.
*Guru SDNIBI Kota Banjarbaru
Email : informasi000@yahoo.co.id
Email : informasi000@yahoo.co.id
0 comments:
Post a Comment